POPULER
-
7 mei 2011 Sore itu. Aku masuk di sebuah kafe yang berada di jalan pandanaran. Kafe dengan interior klasik, yang dikelilingi dengan ...
Jumat, 19 April 2013
Hujan...
Adalah sebuah karunia dari Allah terhadap bumi ini. Seperti sore ini, hujan
datang setelah beberapa hari terakhir panas mentari begitu menyegat. Sebelumya
tak ku kira bahwa hujan akan turun. Karena sejak pagi sinar mentari tak pernah
bersahabat, seakan tiap waktu bumi ini semakin panas. Tapi entah mengapa
semenjak matahari mulai condong ke barat awan mendung berkumpul begitu cepatnya
di langit. Dan seiring bejalanya waktu tiap tetes air mulai turun membasahi
bumi. Semakin lama tiap tetesan kecil air mulai berubah menjadi tetesan-tetesan
besar. Hujan menjadi cukup lebat di sore ini.
Aku
mencoba menikmati hujan dengan duduk di teras rumah. Sambil di temani secangkir
teh panas, aku memandang segala yang ada di depan rumah. Terlihat hamparan
sawah yang luas di depan rumahku. Dan jauh di belakang sawah seharusnya
terpampang sebuah gunung, tapi karena hujan yang cukup lebat membuat gunung itu
hanya terlihat samar-samar. Terdapat sebuah sungai panjang membelah sawah depan
rumahku. Dan sepanjang tepi sungai tumbuh pohon-pohon besar yang usianya jauh
lebih tua dari umurku saat ini. Banyak sekali jenis pohon yang tumbuh disana.
Aku memeng tak begitu tahu tentang macam-macam pohon, tapi yang jelas aku
mengenali sebuah pohon mahoni tumbuh disana.
Ahh,
rasanya aku tak ingin beranjak dari peristiwa seperti ini. Duduk di teras rumah
dan menikmati hujan turun. Suara gemericik air yang membuat persaan ini sangat
nyaman.
Sesekali
angin bertiup cukup kencang, membuat pohon pohon menjadi goyah. Tak terkecuali
pohon mangga yang ada di pojok depan rumahku. Duukk, sebuah mangga jatuh akibat
hembusan angin.
Menikmati
tetesan hujan sore ini, aku teringat tentang masa lalu. Cerita perkenalanku
dengan Niah yang terjadi akibat hujan.
Waktu itu
sedang ada kegiatan bakti sosial di sebuah SD dekat SMAku. Sekolah ini berada
di pinggir desa yang di belakangnya terdapat sebuah kebun rambutan, selebihnya
hamparan sawah mengelilinginya. Aku di sana membantu salah seorang guruku untuk
mengawasi jalannya kegiatan yang di adakan anak-anak kelas 1 dan 2. Siswa kelas
3 sampai 6 berada di dalam ruangan, sementara yang kelas 1 dan 2 di ajak ke
kebun rambutan untuk di ajak belajar sambil bermain. Akupun memilih untuk
mengawasi kegiatan yang di luar.
Sasaat
sebelum kegiatan selesai tiba-tiba hujan turun cukup deras. Anak-anakpun
berlarian kelmbali mejuju sekolah. Aku melihat sebuah gubuk kecil di
tengah sawah dekat kebun itu. Secara sepontan aku berlari kesana karena
jaraknya yang memang lebih dekat daripada harus kembali ke SD. Aku tak
menyadari bahwa ada yang mengikutiku dari belakang. Baru setelah aku sampai di
gubuk itu dan membalikkan badanku aku melihat seorang wanita berlari sendirian
menuju gubuk tempatku berteduh. Aku tidak mengenal siapa dia, tapi yang jelas
itu adik kelasku.
“Kak.”
Sapanya terhadapku saat ia sampai di gubuk,dan langsung duduk di sebelahku.
Aku hanya
membalasnya dengan senyuman.
Kami
saling terdiam cukup lama. Sampai saat hujan bertambah lebat dan angin
berhembus kencang. Udara dingin menghinggapi kami berdua. Buatku itu tak
terlalu bermasalah, karena aku mengenakan jaket saat itu. Sementara wanita di
sampingku terlihat kedinginan meskipun ia mencoba menahannya agar tidak terlihat
olehku. Melihat hal itu aku melepas jaketku dan kuberikan padanya.
“Dingin
ya? Nih pake aja jaketku.” Kataku sambil menyodorkan jaketku padanya.
“Gak kak,
gak usah.” Jawabnya menolak.
“Udah pake
aja. Daripada kamu masuk angin ntar” Kataku agak memaksa.
“kalo
jaketnya aku pake ntar kakak gimana?”
“Ya gak
gimana-gimana. Buruan pake.”
Dia pun
mengambil jaketku dan memakainya. Setelah itu kami kembali terdiam beberapa
saat sambil menatap hujan yang semakin deras. Saat itu aku tidak mengenalnya,
tapi yang aku ketahui dia anak kelas 1. Karena anak kelas 2 yang ikut hanya
sedikit dan aku mengenal semua, jadi aku yakin dia anak kelas 1. Sekitar 5
menit kami terdiam, sampai akhirnya dia membuka pembicaraan.
“Kok
tambah deres sih ujannya? Mana anginnya kenceng lagi. Huh. Kakak gak dingin?”
“Dingin
sih, tapi aku pernah ngerasain yang lebih dingin dari ini.”
“maaf ya
kak. Gara-gara aku kakak jadi gak pake jaket.”
“Udah
sante aja, Cuma masalah jaket aja kok di ributin.”
“Tapi kan
aku ngerasa gak enak sama kakak”
“Udah
lah, eh ngomong-ngomong nama kamu siapa?”
“Niah
kak, ih kakak jahat masak gak tau namaku.” Katanya sambil cemberut.
“yee,emangnya
aku harus kenal sama semua orang. Lagian otakku kan kecil jadi gak banyak yang
bisa aku ingat..haha” kataku ngeles. “lagian aku kan jarang liat kamu, jadi
wajar dong.” Kataku menambahi
“Tuh kan,
padahal kita sering banget ketemu lho kalo si sekolah. Malah bilang gak pernah
liat.”
“Oh ya,
masak?” tanyaku heran.
“Ish,
kakak nyebelin.”
“haha..”
aku hanya bisa ketawa mendengarnya. Aku memeng orang yang sering cuek sama
keadaan sekitar kalo sedang jalan ato lagi fokus sama sesuatu. Sebenernya sih
gak begitu sulit buat mengingat wajah Niah. Orangnya cukup tinggi di banding
temen-temen ceweknya, selain itu wajahnya manis dengan rambut lurus sebahu
lebih. Ditambah lagi pake kacamata.
Kita
terdiam lagi untuk sesaat. Sebelum HP Niah tiba-tiba bunyi.
“Hallo.”
“Aku di
gubuk samping kebun”
“gimana?”
“yah,
jangan duluan dong. Ntar aku sama siapa?”
“boncengan
bertiga maksudmu?”
“kamu
kenapa buru-buru sih?”
“hmm, ya
udah deh. Tapi kamu udah ngomong sama mereka kan?”
“Ya udah
kalo gitu”
Aku tidak
tau secara rinci apa yang sedang di bicarakan. Tapi mendengar kata-kata Niah
tadi aku bisa mengira kalo temenya ingin pulang duluan, mungkin ada urusan.
Sementara Niah di suruh boncengan sama temen yang lain. Aku mencoba tanya sama
dia.
“Ada apa,
Kok kayaknya kesel gitu?” tanyaku
“temenku
yang tadi boncengin aku balik duluan kak. Katanya sih ada urusan mendadak.”
Jawabnya.
“lah
terus kamu pulangnya?”
“bonceng
yang lain, tapi bertiga.”
“ya udah
bareng aku aja. Kebetulan tadi aku sendiri kok.”
“Gakpapa
kak.?”
“Ya
Gakpapa lah.”
“emm, iya
deh.” Jawabnya mengiyakan.
Setelah
itu kami teruskan ngobrol. Sampai akhirnya hujan mulai reda sekitar 20 menit
kemudian. Kamipun langsung kembali ke SD untuk ambil motor dan bareng
temen-temen balik ke SMA sebelum pulang.
“Mau di
anter pulang sekalian gak?” tanyaku pada Niah saat kita mau balik ke sekolah.
“Gak usah
kak, ngerpotin. Lagian aku udah sms ayah kok buat jemput di sekolah ntar.”
“Oh ya
dah kalo gitu. Ayo naik.”
Kamipun
langsung balik ke sekolah. Hujan sempat kembali turun sebelum aku sampai di
sekolah. Aku sempat memenmaninya sebelum ayahnya datang. Sampai sebuah mobil
hitam berhenti di seberang jalan, yang tak lain adalah mobil ayah Niah.
“Kak, aku
udah di jemput. Pulang duluan ya, makasih udah di temenin.”
“Iya
ati-ati.” Jawabku singkat.
Diapun
berlari kecil menuju mobil itu. Saat mobil hitam itu pergi aku baru sadar kalo
jaketku masih dibawa Niah. “sial jaketku masih di bawa Niah, manamasih ujan
lagi.” Kataku dalam hati. Akupun menunggu sebentar dan berharap hujan mulai
mereda. Tapi Hpku tiba-tiba bunyi. Aku lihat ada sebuah pesan yang aku tak
kenal nomornya.ketika aku buka
“Kak,
maaf jaketnya kebawa. Ntar biar aku cuci in dulu ya kak. Oh ya sekali lagi makasih
ya kak buat semuanya tadi.:) (Niah)”
Aku hanya
membalas singkat sms tadi “Iya sama-sama”. Setelah itu akhirnya aku pulang,
meskipun cuaca masih gerimis.
Ahh,
sebuah kenangan tentang hujan. Setiap kali hujan datang aku selalu teringat
masa lalu. Aku kembali menikmati teh panasku yang mulai mendingin. Lalu aku
masuk ke dalam rumah.
Label:
Cerita Singkat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: