POPULER

Jumat, 19 April 2013

Hujan... Adalah sebuah karunia dari Allah terhadap bumi ini. Seperti sore ini, hujan datang setelah beberapa hari terakhir panas mentari begitu menyegat. Sebelumya tak ku kira bahwa hujan akan turun. Karena sejak pagi sinar mentari tak pernah bersahabat, seakan tiap waktu bumi ini semakin panas. Tapi entah mengapa semenjak matahari mulai condong ke barat awan mendung berkumpul begitu cepatnya di langit. Dan seiring bejalanya waktu tiap tetes air mulai turun membasahi bumi. Semakin lama tiap tetesan kecil air mulai berubah menjadi tetesan-tetesan besar. Hujan menjadi cukup lebat di sore ini.

Aku mencoba menikmati hujan dengan duduk di teras rumah. Sambil di temani secangkir teh panas, aku memandang segala yang ada di depan rumah. Terlihat hamparan sawah yang luas di depan rumahku. Dan jauh di belakang sawah seharusnya terpampang sebuah gunung, tapi karena hujan yang cukup lebat membuat gunung itu hanya terlihat samar-samar. Terdapat sebuah sungai panjang membelah sawah depan rumahku. Dan sepanjang tepi sungai tumbuh pohon-pohon besar yang usianya jauh lebih tua dari umurku saat ini. Banyak sekali jenis pohon yang tumbuh disana. Aku memeng tak begitu tahu tentang macam-macam pohon, tapi yang jelas aku mengenali sebuah pohon mahoni tumbuh disana.

Ahh, rasanya aku tak ingin beranjak dari peristiwa seperti ini. Duduk di teras rumah dan menikmati hujan turun. Suara gemericik air yang membuat persaan ini sangat nyaman.


Sesekali angin bertiup cukup kencang, membuat pohon pohon menjadi goyah. Tak terkecuali pohon mangga yang ada di pojok depan rumahku. Duukk, sebuah mangga jatuh akibat hembusan angin.

Menikmati tetesan hujan sore ini, aku teringat tentang masa lalu. Cerita perkenalanku dengan Niah yang terjadi akibat hujan.

Waktu itu sedang ada kegiatan bakti sosial di sebuah SD dekat SMAku. Sekolah ini berada di pinggir desa yang di belakangnya terdapat sebuah kebun rambutan, selebihnya hamparan sawah mengelilinginya. Aku di sana membantu salah seorang guruku untuk mengawasi jalannya kegiatan yang di adakan anak-anak kelas 1 dan 2. Siswa kelas 3 sampai 6 berada di dalam ruangan, sementara yang kelas 1 dan 2 di ajak ke kebun rambutan untuk di ajak belajar sambil bermain. Akupun memilih untuk mengawasi kegiatan yang di luar.

Sasaat sebelum kegiatan selesai tiba-tiba hujan turun cukup deras. Anak-anakpun  berlarian kelmbali mejuju sekolah. Aku melihat sebuah gubuk kecil di tengah sawah dekat kebun itu. Secara sepontan aku berlari kesana karena jaraknya yang memang lebih dekat daripada harus kembali ke SD. Aku tak menyadari bahwa ada yang mengikutiku dari belakang. Baru setelah aku sampai di gubuk itu dan membalikkan badanku aku melihat seorang wanita berlari sendirian menuju gubuk tempatku berteduh. Aku tidak mengenal siapa dia, tapi yang jelas itu adik kelasku.

“Kak.” Sapanya terhadapku saat ia sampai di gubuk,dan langsung duduk di sebelahku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Kami saling terdiam cukup lama. Sampai saat hujan bertambah lebat dan angin berhembus kencang. Udara dingin menghinggapi kami berdua. Buatku itu tak terlalu bermasalah, karena aku mengenakan jaket saat itu. Sementara wanita di sampingku terlihat kedinginan meskipun ia mencoba menahannya agar tidak terlihat olehku. Melihat hal itu aku melepas jaketku dan kuberikan padanya.

“Dingin ya? Nih pake aja jaketku.” Kataku sambil menyodorkan jaketku padanya.

“Gak kak, gak usah.” Jawabnya menolak.

“Udah pake aja. Daripada kamu masuk angin ntar” Kataku agak memaksa.

“kalo jaketnya aku pake ntar kakak gimana?”

“Ya gak gimana-gimana. Buruan pake.”

Dia pun mengambil jaketku dan memakainya. Setelah itu kami kembali terdiam beberapa saat sambil menatap hujan yang semakin deras. Saat itu aku tidak mengenalnya, tapi yang aku ketahui dia anak kelas 1. Karena anak kelas 2 yang ikut hanya sedikit dan aku mengenal semua, jadi aku yakin dia anak kelas 1. Sekitar 5 menit kami terdiam, sampai akhirnya dia membuka pembicaraan.

“Kok tambah deres sih ujannya? Mana anginnya kenceng lagi. Huh. Kakak gak dingin?”

“Dingin sih, tapi aku pernah ngerasain yang lebih dingin dari ini.”

“maaf ya kak. Gara-gara aku kakak jadi gak pake jaket.”

“Udah sante aja, Cuma masalah jaket aja kok di ributin.”

“Tapi kan aku ngerasa gak enak sama kakak”

“Udah lah, eh ngomong-ngomong nama kamu siapa?”

“Niah kak, ih kakak jahat masak gak tau namaku.” Katanya sambil cemberut.

“yee,emangnya aku harus kenal sama semua orang. Lagian otakku kan kecil jadi gak banyak yang bisa aku ingat..haha” kataku ngeles. “lagian aku kan jarang liat kamu, jadi wajar dong.” Kataku menambahi

“Tuh kan, padahal kita sering banget ketemu lho kalo si sekolah. Malah bilang gak pernah liat.”

“Oh ya, masak?” tanyaku heran.

“Ish, kakak nyebelin.”

“haha..” aku hanya bisa ketawa mendengarnya. Aku memeng orang yang sering cuek sama keadaan sekitar kalo sedang jalan ato lagi fokus sama sesuatu. Sebenernya sih gak begitu sulit buat mengingat wajah Niah. Orangnya cukup tinggi di banding temen-temen ceweknya, selain itu wajahnya manis dengan rambut lurus sebahu lebih. Ditambah lagi pake kacamata.

Kita terdiam lagi untuk sesaat. Sebelum HP Niah tiba-tiba bunyi.

 “Hallo.”

“Aku di gubuk samping kebun”

“gimana?”

“yah, jangan duluan dong. Ntar aku sama siapa?”

“boncengan bertiga maksudmu?”

“kamu kenapa buru-buru sih?”

“hmm, ya udah deh. Tapi kamu udah ngomong sama mereka kan?”

“Ya udah kalo gitu”

Aku tidak tau secara rinci apa yang sedang di bicarakan. Tapi mendengar kata-kata Niah tadi aku bisa mengira kalo temenya ingin pulang duluan, mungkin ada urusan. Sementara Niah di suruh boncengan sama temen yang lain. Aku mencoba tanya sama dia.

“Ada apa, Kok kayaknya kesel gitu?” tanyaku

“temenku yang tadi boncengin aku balik duluan kak. Katanya sih ada urusan mendadak.” Jawabnya.
“lah terus kamu pulangnya?”

“bonceng yang lain, tapi bertiga.”

“ya udah bareng aku aja. Kebetulan tadi aku sendiri kok.”

“Gakpapa kak.?”

“Ya Gakpapa lah.”

“emm, iya deh.” Jawabnya mengiyakan.

Setelah itu kami teruskan ngobrol. Sampai akhirnya hujan mulai reda sekitar 20 menit kemudian. Kamipun langsung kembali ke SD untuk ambil motor dan bareng temen-temen balik ke SMA sebelum pulang.

“Mau di anter pulang sekalian gak?” tanyaku pada Niah saat kita mau balik ke sekolah.

“Gak usah kak, ngerpotin. Lagian aku udah sms ayah kok buat jemput di sekolah ntar.”

“Oh ya dah kalo gitu. Ayo naik.”

Kamipun langsung balik ke sekolah. Hujan sempat kembali turun sebelum aku sampai di sekolah. Aku sempat memenmaninya sebelum ayahnya datang. Sampai sebuah mobil hitam berhenti di seberang jalan, yang tak lain adalah mobil ayah Niah.

“Kak, aku udah di jemput. Pulang duluan ya, makasih udah di temenin.”

“Iya ati-ati.” Jawabku singkat.

Diapun berlari kecil menuju mobil itu. Saat mobil hitam itu pergi aku baru sadar kalo jaketku masih dibawa Niah. “sial jaketku masih di bawa Niah, manamasih ujan lagi.” Kataku dalam hati. Akupun menunggu sebentar dan berharap hujan mulai mereda. Tapi Hpku tiba-tiba bunyi. Aku lihat ada sebuah pesan yang aku tak kenal nomornya.ketika aku buka

“Kak, maaf jaketnya kebawa. Ntar biar aku cuci in dulu ya kak. Oh ya sekali lagi makasih ya kak buat semuanya tadi.:) (Niah)”

Aku hanya membalas singkat sms tadi “Iya sama-sama”. Setelah itu akhirnya aku pulang, meskipun cuaca masih gerimis.

Ahh, sebuah kenangan tentang hujan. Setiap kali hujan datang aku selalu teringat masa lalu. Aku kembali menikmati teh panasku yang mulai mendingin. Lalu aku masuk ke dalam rumah.

0 komentar: