POPULER

Sabtu, 11 Mei 2013

Malam minggu lagi. Aku hanya bisa terdiam di kamar sambil memandangi tugas-tugas kuliahku. Aku berfikir apakah kali ini aku harus malam mingguan sama tugas kuliah lagi? Seandainya kau masih ada disini, pasti aku tak akan bingung untuk melewati malam seperti ini. Masa bodo lah sama tugas, aku mau cari udara di luar malam ini.



Berkeliling kota tak jua menghilangkan penatku, sampai akhirnya aku memilih untuk berhenti di jalan Pemuda. Setiap malam minggu jalan ini biasanya ramai sama orang-orang untuk bermalam mingguan, karena memang tempat ini salah satu tempat favorit anak muda untuk menghabiskan malam minggu selain di taman kota. Tapi tidak begitu lama aku putuskan untuk pindah ke taman kota. Aku butuh tempat yang nyaman buat sendirian. Dan suasana jalan Pemuda tidak seperti yang aku butuhkan saat ini.



Sampai di taman kota aku berjalan mencari tempat untuk duduk. Tak jauh dari tempatku ada seorang pengamen yang duduk bernyanyi sambil memainkan gitar. Berharap setiap orang yang lewat di depannya mau membagi receh untuknya.



“Sifatmu yang slalu redakan ambisiku, tepikan khilafku dari bunga yang layu. Saat kau disisiku kembali dunia ceria, tegaskan bahwa kamu anugerah terindah yang pernah kumiliki.” Begitulah lirik yang ia nyanyikan, mengingatkanku tentang dirimu.



Aku masih teringat waktu itu, saat kau masih menjadi wanita paling istimewa di hatiku. Seperti biasa, setiap malam minggu aku selalu datang menjemputmu. Tepat jam 7 malam aku sudah berada di depan pintu rumahmu.



“Tok tok tok..” suara ketokan pintu rumah yang sudah akrab denganku. Dan seperti biasa, ketika pintu di buka kau berada di baliknya.



“hai sayang..” sapamu sambil mencium pipiku. “Tunggu bentar ya aku belum selese dandannya.”



“oke, jangan lama-lama ya.” Kataku.



“iya bentar lagi kok”



Akupun berjalan menuju taman depan rumahmu dan duduk di bangku yang ada disana. Sekitar 10 menit aku menunggumu hingga kau selesai berdandan. Sampai akhirnya kau keluar dari rumah.



“ayo sayang, kita jalan. Aku udah siap”



“yuk berangkat”



Tidak seperti biasanya, malam itu kita kanya berkeliling mengitari jalan-jalan yang ada di kota tanpa tujuan yang pasti. Hingga akhirnya kita putuskan untuk menikmati malam di taman kota.



“Sayang, kita makan dulu yuk”.



“Boleh, dimana?” tanyaku.



“Disitu aja.” Jawabmu sambil menunjuk deretan kaki lima yang berada di samping taman.



“Ya udah, yuk.” Kataku sambil mengajakmu berjalan menuju deretan kaki lima itu. “kamu mau makan apa?”



“Emm,,liat-liat dulu aja deh Yang, lha kamu mau makan apa?”



“Apa aja deh, terserah kamu maunya apa.” Jawabku.



“Yah rame semua yang, gimana dong?”



Taman kota memang menjadi tempat favorit untuk meikmati malam minggu, jadi wajar ketika tempat makan disekitarnya juga ikutan ramai. Mataku mencoba mencari tempat yang sekiranya masih bisa di tempati. Dan mataku terhenti di salah satu sudut keramaian.



“Eh itu ada yang kosong, tapi warung sate. Mau?” kataku sambil menunjuk salah satu warung kaki lima yang ada.



“Emm, ya udah deh gapapa. Yuk kesana.”



Meski tempatnya tak sebagus restoran berbintang, tapi tak pernah kulihat kau begitu menikmati suasana makan malam seperti waktu itu sebelumya. Kau terlihat begitu ceria saat itu. Menikmati setiap obrolan dan candaan antara kau dan aku.



“Kok gak di habisin makannya?” tanyaku.



“Gak ah takut gendut.”



“Kenapa mesti takut, kan udah gendut..haha”



“Ihhh,,gitu yaa”. Katamu sambil mencubit lenganku.



“Aduh, sakit tau”.



“Biarin, habis kamu gitu sih.”



“Ihh,,ngambek ya? Ati-ati lho ntar banyak yang naksir.”



“Bodo..” Jawabmu sambil cemberut.



Selesai makan kita berjalan mengelilingi taman. Kita duduk di salah satu bangku yang ada di sana, menikmati malam dibawah bintang-bintang. Saat itu aku merasa bahwa melepaskanmu adalah hal terberat dalam hidupku. Kau bukan lagi sekedar bagian dalam hidupku, kau seperti nyawa dalam hidupku. Beruntunglah aku karna bisa memilikimu, wanita terindah yang pernah ku kenal.



Akan tetapi sekarang hidupku telah jauh berbeda. Semenjak pertengkaran itu kau putuskan untuk pergi dariku. Kini tak ada lagi senyuman yang menungguku di balik pintu itu, tak ada lagi hati yang selalu aku tunggu di bangku taman depan rumah untuk selesai berdandan. Aku hanya bisa berjalan sendiri ditengah keramaian kota ini. Duduk di bangku taman dan menikmati malam yang bertabur bintang.



Sekarang aku baru sadar, ternyata melepaskanmu bukanlah hal terberat dalam hidupku. Tapi melupakamu jauh lebih berat dan jauh lebih menyulitkan. Tak pernah aku menyangka akan jadi seperti ini. Terlalu jauh aku melangkah memasuki hatimu, yang membuatku terluka begitu dalam saat ini. Tapi semua itu sudah terjadi dan tak perlu lagi disesali. Meski luka ini masih terasa perih ketika mengingatmu.



“Jika hidup harus berputar, biarlah berputar. Akan ada harapan sekali lagi, seperti dulu. Karna hidup harus berputar, biarlah berputar. Akan ada harapan sekali lagi, seperti dulu. Sekali lagi seperti dulu.” Suara nyanyian itu aku dengar dari pengamen yang dari tadi tanpa henti mengalunkan lagu sedih. Sesedih perasaanku tentang semua kenangan bersamamu dulu.



 Aku harap lirik lagu itu bisa terjadi padaku. hidup memang selalu berputar, dan tak mungkin aku bisa menghentikannya. Saat ini aku hanya bisa berdoa semoga akan ada harapan sekali lagi untuk memperbaiki setiap kesalahan yang ada di antara kita. Kau adalah anugerah terindah yang pernah kumiliki. Semoga akan ada kesempatan sekali lagi yang akan membuatmu menjadi anugerah tarindah dalam hidupku.

0 komentar: